Ilustrasi : Emang Enak ? |
Kisah ini terjadi beberapa waktu yang lalu, di perpustakaan SDIT Wahdatul Ummah Metro yang juga berfungsi multi bisa jadi kantor kepala sekolah, bendahara, TU, guru lesehan, tempat rapat, tempat baca, tempat curhatan guru dan wali murid.
Seorang wali murid (ibu-ibu) menghadap saya dan mendiskusikan tentang putrinya yang sudah kelas 4, namun setiap hari Jumat, dimana hari ini dilaksanakan kegiatan ekskul Mentoring Keislaman dan Pramuka SIT anak(putri) beliau selalu menangis. Alasannya adalah pertama, memiliki penyakit magh. Namun, terang sang bunda, hal itu bisa disiasati. Yang beliau inginkan adalah munculnya optimisme dari diri sang putri dan rasa tanggungjawab serta rasa kemandirian yang tinggi. Nah, hal ini belum muncul di pribadi sang putri sebut saja namanya Putri Zafira.
Menurut sang Bunda, sejak kelas 1 dan kelas 2 sang putri memang selalu minta ditungguin oleh sang Bunda saat sekolah. Dia tidak mau ditinggalkan di sekolah. Bahkan, sang Bunda sudah berkali-kali membujuk, melatihnya bahkan sempat dibawa ke orang pintar.
Setelah beliau bercerita panjang lebar, maka saya sebagai Kepala Sekolah sekaligus Kamabigus menyarankan agar Kakak Pembina Putrinya ( Yaitu kak Fitri dan Kak Eni ) untuk mendekati dan mensharekan hal ini kepada sang Putri.
Akhir dari diskusi ini, datanglah sang Putri ke perpustakaan tempat kami mengobrol asik. Saat itu sang bunda mengajak sang Putri untuk pamitan. Bunda berkata, ” Putri, ayok pulang. Salim dulu dengan pak Amar”. Maka sang Putri pun mendekati saya, dan saya menyodorkan tangan, diapun menyodorkan tangan kanannya, tapi kemudian dia menarik kembali dan berucap , ” Eh, bukan muhrim “.
Sontak saya menarik tangan saya dan berjingkrak, ” Oiya…ya…. bukan muhrim”.
Sang Putri dan Bunda tersenyum sambil ngeloyor pergi meninggalkan perpustakaan. Tiba-tiba, datang seorang guru wanita yang menyaksikan kejadian tadi dari teras perpustakaan dan berucap, ” Emang Enak digituin”.
Tanpa pikir panjang saya menjawab, ” Nah, itulah bukti didikan para ibu-ibu gurunya. Mantap !” SAmbing jempol kanan saya acungkan sambil tertawa.
Luar biasa, itulah sedikit hasil didikan para asatidzah kami di SDIT Wahdatul Ummah Metro tentang berjabatan tangan dengan non muhrim. Kami sudah memberlakukan hal ini saat mereka usia kelas 4. Dilarang berjabatan tangan dengan nonmuhrimnya meskipun guru sendiri.[ Amar ]
==================================================================
Anda Sedang membaca artikel Kasihan Deh Lu ? yang merupakan kisah nyata yang dipoles dengan tutur kata penulis. Jika anda ingin mengcopas artikel ini, dengan senang hati kami mempersilahkannya dengan catatan tetap mencantumkan asal linknya dengan alamat URL : ” http://sdit-wahdatulummah.blogspot.com/2013/09/kasihan-deh-lu.html “. Terima kasih.
==================================================================