Pahami Setiap Rasa Laparnya

Ilustrasi : Lapar

by : Bunda Yoga Miarti

Dear Ayah Bunda.. Rindu rasanya untuk kembali berbagi. Berbagi inspirasi pengasuhan, berbagi rasa tentang bagaimana menghadapi makhluk unik bernama anak.
Ayah Bunda yang berbahagia… Bagian dari fitrah manusia adalah memiliki rasa lapar. Dan rasa tersebut tak terbatas pada makan atau minum atau sesuatu yang mengenyangkan perut. Melainkan lapar pada banyak hal. Lapar berbelanja, lapar bertetangga, lapar berkatualisasi, lapar wawasan, dan lain-lain.
Pun dengan anak-anak. Tak terkecuali anak siapapun dan anak dengan bakat apapun, semua memiliki rasa lapar, yang pada saat-saat terentu bisa membuncah. Lapar berteman, lapar bermain di luar, lapar menyampaikan cerita, lapar untuk berlama-lama di rumah nenek kakek, lapar terhadap pengakuan orang dewasa, lapar berkarya, menjadi sesuatu yang tak terbendung bagi setiap anak tanpa kecuali. Masalahnya, kadang-kadang kita mencermati rasa lapar mereka tak seperti lapar makan. Padahal kebutuhan mereka itu banyak. Dan menjadi sakit bila salah satunya tak tercukupi. Apalah lagi jika seringkali dibatasi.
Pembatasan terhadap aktivitas anak tentu bukan tanpa alasan. Banyak diantara para orangtua yang melakukan pembatasan atau larangan karena alasan khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Khawatir celaka, salahsatunya. Atau bisa jadi karena khawatir kotor, khawatir mengganggu, khawatir menimbulkan kerusakan, dan lain-lain. Bahkan masih banyak oragtua yang kekhawatirannya cenderung berlebihan. Misalnya, khawatir rumah jadi berantakan, khawatir ruang tamu jadi tak menentu, khawatir interior rumah jadi tak jelas, khawatir dinding tembok rumah jadi kotor dan tak sedap dilihat, dan atau sejenisnya.
Pembatasan terhadap minat atau keinginan atau rasa lapar anak bisa wajar dan masuk akal jika daisampaikan secara bijak dan logis, baik menurut anak maupun menurut orang dewasa. Yang berbahaya adalah ketika pembatasan itu sudah sangat berlebihan dan mengekang antusiasme mereka. Contoh sederhana, ketika anak sedang asyik menggunting kertas sampai berceceran dan memenuhi karpet serta membuat ruangan jadi kurang rapi, kemudian kita langsung reaktif alias mengingatkan mereka dengan nada suara yang menghentak akibat merasa tak rela dengan kondisi ruangan yang tidak semanis ketika baru dirapikan. Barangkali inilah contoh kekhawatiran yang kurang masuk akal. Pasalnya, anak itu selalu bergerak dan cepat bosan, sehingga ia lakukan apap saja untuk mengobati rasa jenuhnya dan untuk memuaskan rasa penasarannya. Selanjutnya, karena urusan gunting menggunting itu bagian dari konsep berkarya bagi setiap anak, maka memberikan ruang dan fasilitas kepadanya adalah hal sangat bijak bagi para orangtua. Dan satu kunci yang penting untuk kita pegang adalah bahwa setiap anak akan sangat bersedia diminta komitmen. Artinya, supaya mereka tetap memiliki tanggung jawab atas resiko yang muncul dari setiap aktivitasnya, maka berikanlah rules (aturan) atau perjanjian supaya mereka merapikan kembali barang atau tempat dimana dia melakukan kegiatan. InsyaAllah, anak tak akan merasa berat melakukan hal yang satu ini, apalagi jika sudah refleks alias sudah terbiasa.
Masih tentang rasa lapar pada anak-anak. Selain ingin menggunting, mencoret-coret, bermain pasir, mereka juga sangat penasaran dengan apa yang disebut dengan “main ke rumah teman”. Mini kehidupan bermasyarakat yang demikian memang tak terelakkan, kecuali bagi anak-anak tertentu yang cenderung lebih pendiam dan lebih memilih main di rumah. Bagi kebanyakan anak, ada perasaan puas ketika mereka asyik bermain di rumah teman. Selain merasakan suasana yang berbeda dengan keadaan di rumahnya sendiri, mereka juga senang mencerna detail keunikan di rumah teman yang tidak ada atau tidak terdapat di rumahnya sendiri.
Bagi beberapa orangtua, ada yang dengan sangat ketat melarang hal ini kepada putra putrinya. Ada yang melarang keras untuk menyambangi rumah teman, atau ada juga yang melarang keras agar tak mengajak atau membawa teman main ke rumah. Padahal, ini adalah bagian dari kebutuhan seorang anak. Mungkin kita tidak merasakan dampaknya sekarang. Tetapi di kemudian hari atau ketika anak-anak kita sudah dewasa, bisa jadi akan memiliki sifat individualisme alias kurang memiliki perhatian terhdap sesama rekan atau sesama tetangga. Padahal, berbagai hal teknis bisa disiasati. Sebagai orangtua cerdas, kita bisa mengkomunikasikan aturan pada anak. Misalnya dengan aturan waktu, dimana main di rumah teman atau sebaliknya tidak perlu lama-lama. Atau bisa juga dengan menggunakan aturan main, dimana anak-anak kita diingatkan dari awal bahwa ketika bermain di rumah teman harus menjaga sikap, tidak membuat keributan, tidak merusak, dan tidak melakukan hal sekehendak alias tanpa meminta izin.
Ayah Bunda.. Jika dirunut satu per satu, banyak sekali rasa lapar yang dimiliki setiap anak. Bahkan untuk anak dengan tipe kecerdasan tertentu, ada yang secara refleks menggambar setiap hari. Dan saking asyiknya dia melakukan hal tersebut, maka menggambar bukan lagi menjadi hobi melainkan kebutuhan. Karena ini terkait dengan kepuasan. Artinya, dia merasa puas ketika sudah menumpahkan coretan diatas kertas. Maka setiap hari dia membutuhkan kertas dalam jumlah yang tidak sedikit alias berlembar-lembar kertas bisa dia habiskan dalam setiap harinya. Sebagai orang tua yang berpikiran positif, tentu akan mencermati hal ini sebagai sebuah kemistri, dimana minat dan kelebihan sang buah hatinya ada pada dunia menggambar. Maka untuk memenuhi lapar menggambar sag anak, tentu perlu bersedia menerima kelebihannya serta menyiapkan fasilitas pendukung. Karena dari kepahaman kita akan kelebihan anak, dari keberterimaan kita pada keunikannya, itulah yang kemudian membentuk bonding atau suatu ikatan dimana mereka memiliki bekal berharga bernama “rasa percaya diri”.
Ayah Bunda yang budiman. Mungkin tak akan ada habisnya ketika membahas topik terkait rasa lapar pada anak. Tetapi keterbatasan ruanglah yang membuat saya menyudahi tuisan pengasuhan pada edisi kali ini. Yuk lebih bijak memenuhi semua lapar anak. Pahami setiap detail minatnya, cermati ekspektasinya, dan telusuri arah impiannya. Setiap mereka punya angan yang tak bisa diseragamkan antara satu sama lain. Maka berikan mereka ruang, berikan mereka jalan, berikan mereka waktu, sehingga setiap rasa laparnya terpenuhi dan terpuaskan. Namun sebuah pengecualian penting untuk kita ingat, yakni pengabulan yang berlebihan. Karena yang demikian hanyalah menjadi pembuka pintu manja selebar-lebarnya. Dan pengabulan yang berlebihan hanyalah pemanjaan yang akan menghadirkan beragam ketakberdayaan.
Semoga Ayah tetap bahagia dan tentram membesarkan mereka. Salam sayang untuk Ananda. Semoga semakin hari semakin arif.
Alloohu ‘alam bish showaab. Semoga bermanfaat.
http://www.al-intima.com/tarbiyatul-aulad/pahami-setiap-rasa-laparnya

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *