Orang Dikatan Baik Itu…

Kadang kita menyangka bahwa orang baik adalah orang yang murah senyum, sopan, ramah dan tidak suka berbicara kotor. Beberapa orang menganggap orang yang baik adalah orang yang rajin shalat di masjid dan puasa di siang hari. Iya hal itu tidak salah, walaupun belum bias menjelaskan secara total bahwa dia benar-benar orang yang baik atau shaleh. Ada dua hal yang akan menjelaskan apakah dia itu seorang yang baik dan shalih atau hanya Nampak baik luarnya saja.
Yang pertama, adalah lihatlah saat menempuh perjalanan bersamanya. Orang yang baik adalah orang baik ketika menempuh perjalanan. Dia orang yang tidak egois. Mau mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya. Misalkan, ketika satu bus atau satu kereta dengan orang yang baik tersebut, dia akan mempersilahkan orang tua, ibu-ibu, orang yang sakit dan lemah untuk duduk di tempat duduknya sementara dia berdiri saja.

Orang yang baik dalam perjalanan, akan memberikan sebagian bekalnya kepada teman seperjalanannya. Dia tidak mau merasa kenyang sendiri sementara teman seperjalanan kelaparan dan kehausan. Percuma saja bila ada orang memakai jubah dan kopyah tapi tetap duduk enak-enak sementara di sampingnya ada ibu hamil yang berdiri dalam bus. Orang yang shalih akan memberikan tempat duduknya pada wanita hamil yang sedang berjihad merawat bayi dalam perutnya. Jadi kalau mau lihat watak asli seseorang, lihatlah saat menempuh perjalanan bersamanya.
Yang kedua, adalah lihat orang itu saat bermusuhan. Orang yang baik dan shalih adalah orang yang tetap baik meskipun sedang bermusuhan. Dia tidak berlebihan dalam bermusuhan. Tidak mengucapkan kata yang kasar atau kata-kata yang belakangan akan dia sesali. Orang yang mulia cenderung tidak marah dan memaafkan orang-orang yang memusuhinya. Sungguh, memaafkan orang yang menyakiti adalah pekerjaan yang berat. Sehingga pelakunya akan memiliki derajat kemuliaan.
Meskipun dzahir seseorang memakai baju yang putih bersih, namun saat bermusuhan dengan seseorang dia melontarkan sumpah serapah dan dendam, maka hatinya hitam dan busuk. Tidak seputih bajunya. Orang yang mulia hatinya lapang untuk member maaf. Melupakan kesakitan yang musuhnya berikan. Tak ada keinginan untuk membalas saat kuasa membalas. Mencintai kebaikan dan kerukunan. Mencintai perdamaian dan kekeluargaan. Tidak suka memperpanjang masalah apalagi sampai-sampai dibawa ke pengadilan. Miris sekali melihat ada orang yang tega membawa nenek-nenek ke pengadilan hanya karena tuduhan mencuri kakao. Apa sulitnya nmemaafkan, apalagi berurusan dengan nenek-nenk?. Betapa mulianya para penahan marah dan pemaaf. Menahan marah saja tanpa memaafkan hanya menimbulkan penyakit. Memaafkan tapi marah-marah juga menimbulkan penyakit. Yang terbaik adalah menahan marah dan memaafkan.
Jangan tertipu dengan shalat dan puasa seseorang, lihatlah bagaimana saat dia dalam perjalanan dan saat bermusuhan. Jika dia bersikap baik saat dua kondisi itu, maka dia benar-benar orang yang baik dan shalih. Jika dia bersikap buruk saat dua kondisi tersebut, maka dia adalah orang yang buruk meskipun lahirnya Nampak baik. (Didi Eko Ristanto)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *