Matematika merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Oleh karena itu matematika merupakan mata pelajaran mutlak untuk dipelajari. Namun berbagai keluhan tentang kesulitan belajar matematika masih banyak ditemui.
Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menganggap bidang studi matematika sangat sulit. Sehingga sering dijumpai siswa yang begitu pelajaran dimulai wajahnya tampak jemu karena tidak menyukai pelajaran matematika.
Rasa tidak suka ini bisa bersumber dari diri siswa itu sendiri ataupun dari guru. Siswa merasakan matematika sulit karena dari awal sudah tidak menyukai pelajaran matematika, atau bisa juga karena cara mengajar guru kurang mengena di hati para siswa sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Oleh sebab itu diperlukan suatu cara mengemas pembelajaran yang inovatif dalam menyampaikan pembelajaran matematika ke siswa. Salah satunya adalah dengan bernyanyi. Anak-anak identik dengan menyanyi, guru harus mengerti apa yang disukai oleh siswa. Dengan mengemas rumus-rumus matematika dalam bentuk lagu, diharapkan siswa mudah menerima materi dan tidak merasa takut lagi dengan biidang studi matematika.
Caranya:
1. guru menciptakan lagu yang bekaitan dengan rumus matematika
2. guru mencetak lagu yang telah dibuat dan dibagikakan ke setiap siswa
3. guru mengajarkan lagu tersebut sambil bernyanyi bersama dengan siswa secara berulang-ulang
Contoh lagunya adalah sebagai berikut:
SIFAT BANGUN RUANG
BALOK
nada : lagu becak (aku mau tamasya)
Aku adalah balok
Mempunyai 6 sisi
Semua sisi berbentuk
Bentuknya persegi panjang
Sisiku berhadapan
Sejajar dan kongruen
Itu adalah sifat-sifatku
Mencari Luas
(nada: lagu bintang kecil)
Aku tahu luas bangun datar
Persegi panjang panjang kali lebar
Perseginya sisi kali sisi
Segitiga setengah alas kali tinggi
Phi r kwadrat luasnya lingkaran
A kali t luas jajar genjang
Blah ketupat sama layang-layang
d kali d perdua rumusnya
BILABUL
Bilabul
bilangan bulat
Positif kita maju
Negatif kita mundur
Bilabul
Bilangan bulat
Sumber :
http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/12/belajar-matematika-sambil-bernyanyi-why-not-550353.html