Pendidikan Sex Bagi Anak

ilustrasi

Anak adalah anugerah. Anak lahir untuk belajar berbagai hal. Mereka belajar dengan bertanya berbagai hal yang ingin diketahui. Mengapa begini dan mengapa begitu.

Proses adanya manusia, lahirnya bayi adalah hal-hal yang memancing rasa ingin tahu anak. Bagaimana mereka bisa ada ternyata tak cukup dijawab dengan, “Allah yang menciptakan kita, Nak!”. Mereka akan balik menjawab dengan pertanyaan…”Iya Mama, Aku tahu. Tapi kok Aku bisa lahir ke dunia ini urutannya bagaimana, dari mana, lewat mana?”. Nah lho…… 
 
Sebagian orang tua panik, bila ditanya hal-hal berbau sex . Bila dikaji, seharusnya kita bersyukur karena memiliki anak normal, yang memiliki rasa ingin tahu, juga berani mengungkapkan pertanyaan? Bersyukur pula sang anak bertanya pada Ayah Bunda, bukan langsung membuka google image dan mengetik pertanyaan-pertanyaan itu sendiri.
Panik yang dirasakan ketika mendapatkan pertanyaan seputar sistem reproduksi adalah karena pengetahuan yang belum memadai tentang sex education kepada anak. Apa sikap yang tepat ketika mereka bertanya? Apa jawaban yang bisa membuat mereka mengerti sesuai kebutuhannya?
Memberikan sex education ini memerlukan bahan materi yang perlu dikuasai orang tua terlebih dahulu. Tapi bagaimana bila anak sudah bertanya tapi orang tua belum bisa menjawab? Ayah Bunda…pertanyaan memang untuk dijawab, tapi tidak selamanya jawaban harus diberikan saat itu. Yang utama diharapkan oleh semua orang yang bertanya adalah kesediaan untuk menjawab. Benar tidak? Jadi, bila anak mulai bertanya, misalnya “Mi, pornografi itu apa?”. Bila memang belum tahu apa jawaban yang tepat untuk putra putri Ayah Bunda, silakan lakukan langkah E (Empati mendengarkan) dan N (Notifikasi pembicaraan dan tindakan), juga T (Tanamkan energi positif).
Langkah E, kita dengarkan dengan seksama pertanyaanya dan konfirmasi sampai kita tahu apa yang ingin anak ketahui, sehingga jawaban kita akan lebih tepat. Mari kita lihat bagaimana menggunakan langkah E, N, dan T ini dalam contoh sex education berikut :
Anak    : “ Ma, asal Aku dari mana sih?”,
Bunda  : E -> empati mendengarkan,
N -> bahasa tubuh penuh perhatian dan kasih sayang kemudian
Sampaikan pertanyaan balik untuk mengetahui apa yang ingin diketahui anak, T -> berikan pujian untuk mengapresiasi dan mendorong anak untuk semakin semangat bertanya
“Wah anak Bunda akan jadi pintar karena suka bertanya (T). Mama boleh tahu mengapa ingin tahu asalmu dari mana?
Anak    : “Di sekolah dapat tugas dari Bu Guru, Ma. Tadi siang Aku tidak bisa menjawab asal Aku dari     mana. Kalau temen Aku namanya Sasongko asalnya dari Yogya, Ma. Kalau yang namanya Cut            Keke dari Aceh. Nah Aku bingung jawabnya. Hmm kan Mama dari Bogor, Papa dari Surabaya.     Trus jadi aku jawabnya apa?”
Bunda  : E, N, dan T lagi
Setelah kita tahu apa yang ingin diketahui anak akan lebih mudah menjawab bukan? Pertanyaan lain adalah bila pertanyaannya mengarah pada kata-kata yang menjurus sex , bagaimana teknik memilih katanya? Kunci utamanya adalah memahami alur berpikir anak yang masih sederhana termasuk kosa kata yang mereka mengerti. Contoh seorang anak SD kelas 1 dan bundanya:
Anak    :“Bunda, tulisan di koran ada kata tayangan pornografi membahayakan anak. Pornografi itu        apa sih?”
Bunda  : E,N, T
            Pornografi itu gambar-gambar di televisi, buku ataupun majalah yang memperlihatkan     perempuan ataupun laki-laki dengan baju-baju terlalu pendek sehingga memperlihatkan           aurat.
Anak    : “Terus aurat itu apa?”
Bunda  : “Aurat adalah bagian tubuh kita yang harus sangat dijaga. Cara menjaganya dengan       menutupnya menggunakan pakaian dan tidak memperbolehkan orang lain untuk membuka      apalagi memegangnya termasuk Ayah dan Bunda. Yang boleh memegang hanya dokter, atau          kalau Ade sendiri ketika sedang mandi”.

Sex education adalah hal yang sangat menarik karena benar-benar menguji keterampilan orang tua dalam berkomunikasi. Selain itu, sex education juga sangat bermanfaat untuk membentuk kedekatan antara orang tua dan anak sebelum anak memasuki masa pubernya. “Bila orang tua bisa memberikan informasi yang tepat, anak akan lebih bertanggung jawab dalam menghadapi hal-hal berhubungan dengan sex ,” papar seksolog terkenal dr. Boyke dalam sebuah seminar di Bali akhir tahun 2012. Sedangkan hubungan kedekatan yang baik antara orang tua dan anak, menurut psikolog senior Bu Dra. Elia Daryati R., Psi, MSi itulah salah satu benteng anak dari pengaruh pornografi ataupun sex di kalangan remaja.

Sumber : http://rumahparenting.com/article/143074/sex-education.html

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *