HIJRAH, adalah kata yang cukup mewakili kata perubahan, dinamis dan movement. Hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, sekitar 15 abad yang lalu bukanlah sekedar rekreasi, treveling atau studi tour Cuma-Cuma tanpa ada kesan mendalam dan ibrah yang bisa dijadikan pelajaran bagi manusia. Namun, hijrah 15 abad yang lalu adalah salah satu tahapan proses seorang guru besar dan agung untuk membentuk sebuah peradaban besar tak terkalahkan sampai saat ini dengan segala keagungan karakter mulia yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang mulia.
Menanamkan keyakinan yang dalam sehingga menancap ke dalam bumi, mengurat nadi, mengalir ke seluruh aliran darah dan merasuk ke sel-sel tubuh adalah aktivitas yang sangat menguras waktu dan tenaga. 10 atau 11 tahun Nabi Muhammad SAW menanamkan keyakinan itu dalam jiwa para sahabat beliau. Hasilnya, sungguh luar biasa ! Pribadi-pribadi tangguh penghuni syurga tak ada gantinya di jaman ini. Karakter-karakter pahlawan nyata yang sangat jauh berbeda dengan karakter para pahlawan-pahlawan fiksi semisal Spiderman, Batman dan Superman.
Pembentukan dan membangun peradaban besar di Madinah juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, hal itu sudah dimulai sejak kedatangan utusan pertama Islam ke Madinah, Mushab bin Umair yang menyiapkan kaum Anshor, kaum yang rela menolong dan berjihad bersama Nabi Muhammad SAW. Peradaban besar itu dibangun di atas keyakinan yang kokoh dalam jiwa kaum muslimin yang dibentuk selama 11 tahun dan bangunan peradaban itu dibangun selama 10 tahun. Sungguh menakjubkan ! Luar biasa !
Lalu, apa hubungannya dengan seorang guru ? Adakah hubungannya ? Inilah yang akan kita jawab dalam bingkai seorang pendidik atau guru yang sudah kita ambil sebagai sebuah profesi !
Di paragrap awal saya menuliskan kata guru bagi Nabi Muhammad SAW yang membentuk karakter manusia-manusia syurga ! Ya, sekali lagi manusia syurga ! Murid-murid beraroma dan benar-benar penghuni syurga ! Murid-murid yang namanya membius semua manusia karena akhlaknya ! Murid-murid yang tidak akan pernah muncul lagi di zaman ini !
Itulah proses pendidikan ilahiyah baik secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya Muhammad SAW dan dari Muhammad SAW kepada para murid-muridnya ( baca : sahabat ). Apa sesungguhnya yang beliau lakukan dalam mendidik murid-muridnya ? Ah, banyak sekali tentunya, saya sarankan anda membaca buku Sirah Nabawiyah, Manhaj Haraki dan sebagainya.
Konteks hijrah tentunya sangat luas maknanya. Jika hijrah pada saat itu adalah hijrah secara wadag, maka saat ini tentunya kedua-duanya. Baik secara wadag maupun secara keyakinan dan paradigma. Seorang guru harus memiliki karakter dinamis, karena guru, saya dan anda adalah bagian terkecil dari macrocosmos yang luas ini. Macrocosmos yang tidak stagnan tapi selalu dinamis dan dinamis selalu bergerak, mengembang, tumbuh. Karena diam berarti mati !
Guru biasa adalah guru yang hanya mampu mentransfer knowledge saja kepada peserta didiknya. Guru baik adalah yang hanya mampu memberikan keteladanan saja, tetapi guru inspiratif adalah guru yang mampu memberikan inspirasi besar bagi kehidupan peserta didiknya. Guru menjadi digugu dan ditiru. Guru menjadi role model. Guru menjadi trend setter. Guru menjadi rujukan peserta didiknya.
Hijrah yang perlu dilakukan pertama kali oleh seorang guru adalah, menghijrahkan pola fikirnya. Cara berfikirnya. Paradigmanya. Ini adalah pekerjaan yang berat ! Sekali lagi, pekerjaan ini adalah pekerjaan yang amat berat sekali untuk dilaksanakan ! Tidak semua guru bisa melakukannya. Namun, dari sinilah perubahan itu dimulai. Merubah paradigma adalah starting point. Titik tolah menuju perubahan yang lain. Paradigma inilah yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW selama 10 tahun di Makkah. Mungkinkah, seorang guru mampu menjadi guru yang luar biasa jika baru mengajar dengan jam terbang satu, dua, tiga, lima tahun ?
Perubahan paradigma di sini adalah yang pertama niat. Menjadikan profesi mengajar sebagai proses ibadah yang akan dipertanggungjawabkan kelak di Yaumil Hisab. Kedua, merubah paradigma sabar menjadi syukur. Bersyukurlah dengan peserta didik kita yang beraneka ragam karakter yang dimiliki. Bersyukur, bersama meraka kita selalu ingat kepada Allah SWT. Kita selalu memacu diri untuk lebih kreatif agar apa yang akan disampaikan benar-benar menghunjam ke relung hati dan fikiran mereka sedalam-dalamnya dan tidak akan lupa selama-lamanya, dengan kata lain menempel kuat pada alam bawah sadarnya. Ketiga, terbuka dengan segala masukan dari orang lain. Tidak selamanya seorang guru itu benar. Mungkin, ia akan merasa benar dan benar jika secara subjektif ia melihat dirinya dan tiada yang melihat dan mengkritiknya. Terbuka dengan kritik yang membangun adalah karakter guru yang inspiratif. Dan keempat, menanamkan keyakinan bisa dan bisa dalam berbagai kondisi baik lapang maupun sempit. Sikap survival yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW saat hijrah haruslah dicontoh oleh guru. Guru harus mampu berkreasi, bertahan hidup dengan terpaan ujian berbagai karakter peserta didik yang membuatnya pusing tujuh keliling. Kelima, merubah paradigma dari ada anak nakal, ada anak bodoh, mbandel dan biang kerok menjadi semua anak itu spesial, mereka membutuhkan penanganan spesial sesuai spesialisasi yang dimiliki mereka. Yang terakhir adalah, menanamkan keyakinan yang sangat dalam kepada Allah SWT bahwa Dialah satu-satunya tempat bertumpu. Satu-satunya Dzat yang memberikan kekuatan, Dzat yang membolak-balikkan hati manusia, Dzat yang memberikan keselamatan dan kebahagiaan. Apapun yang dialami, maka kembalikan kepada Allah SWT semata. Bergantung kepada Allah SWT adalah puncak keimanan, karena semuanya ada di tangan Allah SWT. Jika bergantung kepada manusia atau kepada makhluk-Nya maka sama dengan membelenggu diri sendiri.
Jadi, marilah kita hijrah dengan mengawalinya dari hijrahnya paradigma kita. Meskipun berat, namun ini adalah langkah awal menuju kesuksesan yang besar. Tidak ada orang berlari tanpa satu langkah terlebih dahulu. Artinya, melangkah di awal itu adalah paling berat, namun dengan keyakinan, maka langkah pertama itu terasa menyenangkan dan menggairahkan. Berubahnya paradigma, akan membawa kepada perubahan bentuk aksi. Dan perubahan bentuk aksi/amal akan merubah kepada kebiasaan, dan kebiasaan menjadi karakter !
bagus artikelnya mas….
salam sukses…..
Oke banget… Sukses!