Ilustrasi |
Saat bertempur di medan pertempuran, tentu ada hal yang harus dimiliki total oleh seorang prajurit. Apa itu ? Menguasai medan dan menguasai/mengetahui cara tempur lawan. Lalu bagaimana seorang guru saat di kelas ? Saya berani mengatakan sama tugasnya dengan prajurit di medan pertempuran. Bedanya, adalah mengetahui dan memahami medan kelas dan memahami gaya belajar anak/peserta didiknya.(Amar)
Lain ladang, lain ikannya. Lain anak, lain pula gaya belajarnya. Pepatah di atas memang pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua anak punya gaya belajar yang sama. Meskipun mereka bersekolah di sekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama.
Kemampuan setiap anak dalam memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.
Sebagian siswa lebih suka jika belajar dengan cara membaca dari hasil tulisan guru di papan tulis. Tapi, sebagian siswa lain lebih suka menerima materi pelajaran dengan cara guru menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, tidak sedikit siswa yang mempunyai model belajar dengan menempatkan guru tak ubahnya seorang penceramah. Guru diharapkan bercerita panjang lebar tentang beragam teori dengan segudang ilustrasinya, sementara para siswa mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah itu dalam bentuk yang hanya mereka pahami sendiri.
Apa pun cara yang dipilih, gaya belajar menunjukkan mekanisme setiap individu menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Karenanya, jika kita bisa memahami perbedaan gaya belajar setiap anak dan memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya akan memberikan hasil yang optimal bagi dirinya.
Dalam buku Quantum teaching, ada beberapa tipe gaya belajar. Pertama, Gaya Belajar Visual. Gaya belajar seperti ini bercirikan harus melihat dulu buktinya baru bisa mempercayainya.
Karakteristik yang khas gaya belajar visual: pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual, kedua teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan, ketiga mudah mengingat jika dengan gambar, dan lebih suka membaca daripada dibacakan.
Pendekatan yang bisa digunakan agar anak bisa menerima informasi / materi pelajaran secara optimal: pertama adalah menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar, catatan dan kartu-kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
Gaya belajar kedua disebut gaya belajar auditorial atau gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, anak harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami informasi yang diterimanya. Karakter yang lain bagi anak bertipe ini: perhatiannya mudah terpecah, dan jika belajar dengan cara menggerakkan bibir/bersuara saat membaca.
Pendekatan yang bisa dilakukan bila anak memiliki kesulitan belajar seperti di atas: pertama, menggunakan tape perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau ceramah pengajar di depan kelas untuk kemudian didengarkan kembali. Dan yang kedua adalah dengan wawancara atau terlibat dalam kelompok diskusi. Sedang pendekatan ketiga yaitu dengan mencoba membaca informasi, kemudian diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami. Langkah terakhir adalah dengan melakukan review secara verbal dengan teman atau pengajar.
Gaya belajar lain yang juga unik adalah yang disebut gaya belajar kinestetik yakni harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa mengingatnya. Tentu saja, ada beberapa karekteristik gaya belajar seperti ini yang tak semua anak bisa melakukannya. Pertama adalah menerima informasi/pelajaran dengan cara menyentuh, berdiri berdekatan dan banyak bergerak. Sedang kedua, saat membaca sambil menunjuk tulisan. Karakter ketiga adalah anak tidak bisa/tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran. Keempat, anak merasa bisa belajar lebih baik bila berjalan.
Untuk anak yang memiliki karakteristik seperti di atas, pendekatan belajar yang mungkin bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di laboratorium atau bermain sambil belajar. Cara lain yang juga bisa digunakan adalah secara tetap membuat jeda di tengah waktu belajar. Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter Kinestetik juga akan lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
Penggunaan komputer bagi anak yang memiliki karakter kinestetik akan sangat membantu. Karena, dengan komputer ia bisa terlibat aktif dalam melakukan touch, sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Selain itu, agar belajar menjadi efektif dan berarti, anak dengan karakter di atas disarankan untuk menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di lapangan.