Gara-gara tidak Muroja’ah

https://www.komikmuslimah.blogspot.com

  oleh : Ahmad Burdah

 

Seperti biasa Hilwa tak pernah lupa melakukan tugasnya setiap pagi, setelah selesai menyapu halaman  ia bergegas ke kamar mandi. Perlengkapan mandi sudah disiapkan ibunya di dalam kamar mandi. Jam 07.00 WIB Hilwa siap berangkat ke sekolah. Ayahnya, Pak Ahmad sudah menunggu di teras, sepeda motornya sudah dihidupkan. Setelah berpamitan dengan ibunya Hilwa bergegas naik motor dibonceng Ayahnya menuju sekolah yang berjarak kira-kira 1 km dari rumahnya.
Bel tanda masuk kelas berbunyi ketika Hilwa tiba di sekolah, pukul 07.15 WIB adalah waktunya masuk kelas di sekolahnya SDIT Insan Mulia. Sebagian ustadz dan ustadzah menyalami para santri di depan pintu gerbang. Dengan tergopoh-gopoh Hilwa menaiki tangga, kelasnya berada di lantai dua, kelas 4 Al Kautsar namanya. Setelah berbaris dan berdoa satu-persatu anak-anak masuk ke kelas, dengan sabar sang wali kelas, Ustadzah Ana memandu mereka. Usai murojaah surat-surat pendek, Ustadzah Ana meninggalkan kelas karena pelajaran pertama akan segera dimulai. Jam pertama adalah pelajaran tahsin tahfidz. Yang mengajar Ustadz Shodiq dan Ustadz Burhan.
Para santri dikelompokkan menjadi dua kelompok, Hilwa masuk kelompok ustadz Burhan. Hari ini pengambilan nilai tahfidz, mereka diberi kesempatan untuk memurojaah hafalan masing-masing. Tetapi Hilwa dan beberapa temannya malah bercanda, Ustadz Burhan beberapa kali mengingatkan untuk mengulang hafalan mereka, tetapi bukan Hilwa kalau tidak menghiraukan. Ia tetap saja bermain-main dengan temannya.
Tibalah giliran Hilwa setoran untuk diambil nilainya, ustadz Burhan mulai membaca ayat dan Hilwa harus meneruskan ayat yang ia baca. Hilwa diam beberapa saat, perlahan ia meneruskan ayat. “Wailuyyauma idzill…..lil…mukadzi…dzibuun”. Hilwa terbata. Ustadz Burhan memberi isyarat untuk mengulangi bacaannya. “Wailuyyauma idzillil mukadzibiin, alam naj’alil ardho mihada, waljibaala autada..”. “Salah Hilwa!” potong Ustadz. Hilwa terkejut dan mencoba mengingat ayat yang ia baca barusan. “Waduh..Ustadz..jadi lupa nih…” rengek Hilwa mulai gelisah.
“Coba Hilwa tenang dulu, setelah itu baru mulai lagi..” jawab Ustadz Burhan bijak. Berulang kali Hilwa mencoba mengulang bacaanya tadi, ustadz Burhan sesekali membantu agar Hilwa bisa meneruskan bacaannya.  Tetapi bukannya terbantu justru Hilwa bertambah lupa, matanya mulai memerah, hampir-hampir ia menangis.
“Ya sudah, sekarang Hilwa mundur dulu dilihat lagi Al Qurannya, setelah siap Hilwa boleh maju lagi,” Ujar Ustadz Burhan. Hilwa mengangguk dan mundur untuk mengulang hafalannya. Para santri bergiliran menghadap Ustadz Burhan untuk ulangan tahfidz. Beberapa santri selesai menghadap, kini tinggal Hilwa yang belum. Ia mengambil tempat agak jauh dari teman-temanya agar lebih konsentrasi katanya. “Hilwa waktunya sudah hampir habis, ayo giliranmu!” seru Ustadz Burhan. 
Hilwa mendekat dan duduk di depan Ustadz Burhan yang sudah siap sejak tadi. Soal ayat dibacakan olehnya, Hilwa pun perlahan mulai meneruskan bacaannya “wailuy yauma idzil lilmukadzdzibiin, alam naj’alil ardlo kifaata, ahyaa awwaamwaata…shodaqollahul adzim,” Hilwa selesai membaca. Ustadz Burhan tersenyum, “nah ini dia baru namanya Hilwa, hafalannya lancar. Coba kalau tadi Hilwa murojaah dari awal dan tidak main-main, Hilwa sudah selesai dari tadi kan..” ujarnya menasehati. Hilwa hanya senyum-senyum, malu sekali rasanya tapi alhamdulillah ujarnya dalam hati, ia bisa melewati ulangan tahfidz dengan lancar meski sempat mundur terlebih dahulu. Dalam hati ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Hilwa berjanji akan rajin menghafal dan rajin murojaah.  
Allohu akbar!!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *